Tuesday, September 17, 2024

Jejak Pemuda Katolik Dalam Catatan Harian Pahlawan Nasional Mgr. Soegija, Bag.2

Must Read

Pada bagian pertama telah kami terbitkan catatan harian Mgr. Soegijapranata, khususnya seluruh komunikasi mendiang dengan Pemuda Katolik yang saat itu masih bernama Angkatan Muda Katolik Republik Indonesia (AMKRI). Walaupun catatan Mgr Soegija hanya berkisar 2 tahun lebih, tetapi dari catatan itu dapat dirasakan betapa Uskup pertama pribumi tersebut memiliki harapan yang besar keterlibatan umat Katolik dalam kehidupan berbangsa, terlebih saat itu di masa-masa awal kemerdekaan.

Demikian pula harapan dan kedekatan beliau dengan pemuda, khususnya Pemuda Katolik (baca AMKRI); terdapat 33 catatan khusus Mgr Soegija bersama Pemuda Katolik.

Baca Juga: Jejak Pemuda Katolik Dalam Catatan Harian Pahlawan Nasional Mgr. Soegija, Bag.1

Pada bagian ke dua ini, kami hadirkan pesan-pesan khusus Mgr Soegija, yang disampaikan dalam Kongres Pemuda Katolik tahun 1960 di Solo.

Pesan dalam Pembukaan Kongres Pemuda Katolik 1960:
1. Pada malam pembukaan Kongres Pemuda Katolik seluruh Indonesia ini dengan iklas hati kami berseru, anak-anakku, usahalah, usahalah dengan tekun dan tubi, dengan cermat dan saksama dengan murah hati dan gagah berani, untuk menyuguhkan dengan bukti-bukti yang nyata, epiteton ornans, sesebutan penghiasan, penghargaan dan kehormatan yang diberikan oleh masyarakat Katolik Indonesia kepadamu, ialah Kusuma Bangsa, Harapan Gereja dan Negara.
……………………..
2. Selaku mahluk dari Tuhanlah asalmu, mengabdi Tuhanlah tugasmu, kembali ke Tuhanlah arahmu. Sebab kecintaan Tuhanlah yang menciptakan kamu sebagai manusia, memelihara kamu, mengurus kamu, menebus dan mensucikan kamu, agar kamu habis mengabdikan diri secara manusia dengan leluasa, dapat bersatu dengan Tuhan, selamat, bahagia, sejahtera dan sentosa pada selama-lamanya.
……………………………
3. Dari pada itu, anak-anakku, didiklah dirimu sendiri dengan seribu satu rahmat kurnia yang dilimpahkan Tuhan kepadamu dengan mewah, baik yang bersifat rohani dan terlampau dari kodrat maupun yang berupa bakat-bakat, tabiat, perangai, dan keadaan …, agar kamu bertumbuh dan berkembang sebagai pemuda dan pemudi, yang sehat jiwanya, sehat badannya, hening budinya, murni hatinya, halus dan tulus perasaannya, utuh, ulet dan kuat tubuhnya….
……………………………..
4. Ingatlah kata-kata: barangsiapa ingin memperbaiki dunia haruslah mulai dengan memperbaiki diri sendiri. Daripada itu aturlah nafsumu, cenderung dan citamu, supaya selalu taat kepada budi dan kehendakmu. Aturlah budi dan kehendakmu supaya taat kepada hukum-hukum, yang berlaku dalam alam; yang diperintahkan oleh Tuhan dengan perperantaraan Gereja, angan-angan hati, keadaan dan Negara…
Dengan demikian kami berharap, supanya kamu merupakan pemuda dan pemudi yang bersopan-santun, bertata-tertib, bertata susila, dan yang boleh dipercaya.
………………………..
5. Anak-anakku, Tanah kita dan Negara kita sudahlah merdeka berkat perjuangan bersama, yang dilakukan oleh bangsa kita. Tetapi apakah jiwa kita pun telah merdeka pula?
Jiwa kita adalah merdeka, jikalau selalu menuntut apapun yang juga yang bersifat sungguh benar, sungguh baik, sungguh indah dengan leluasa; bebas dari segala rintangan, yang menggelora dari pasang nafsu yang tidak teratur; bebas dari segala cenderung hati yang tak sopan, bebas dari pendorong cita yang tak bersusila, bebas dari tekanan loba, yang merajalela.
………………….
Kemerdekaan jiwa itulah yang berani menolak dengan tegas apapun juga, yang melemahkan perjuangan kita, yang merosotkan kesusilaan bangsa kita, meskipun meminat budi dan menawan hati, ……
Kemerdekaan jiwa itulah yang akan menyelamatkan kita dari kolonialisme, yang berupa barang, uang, orang, ilmu, pandangan hidup, ideologi, kesenian, …….

Kemerdekaan jiwa itulah yang memberi hati, untuk berani mempertahankan, menjunjung tinggi harta benda pusaka nasional warisan dari nenek moyang, baik bersifat jasmani maupun rohani.

Sadar akan cultuur-patrimonum atau harta benda pusaka nasional, sadar akan adat istiadat dan kesusilaan nasional, dengan niat yang bulat untuk memeliharanya, memperbaikinya, memperkembangkannya sesuai dengan permintaan zaman, itulah cinta kasih kepada bangsa atau nasionalisme yang sehat, seperti cinta kepada patria atau tanah air adalah patriotisme.

Demi hukum yang ke empat perintah Tuhan, orang Katolik memelihara nasionalisme dan patriotisme yang teratur dalam budi dan hatinya, dan disungungguhkan dengan hidupnya.

6. ……………

Anak-anakku yang terkasih, kita umat Katolik seluruh Indonesia hendaknya sebudi dan sehati untuk membentuk masyarakat Katolik, yang kokoh, yang berdiri sendiri dan merdeka sebagai dasar Hirarki Katolik yang harus berdiri sendiri di tanah kita, dipimpin oleh uskup-uskup bangsa Indonesia.
……………….

Kita memerlukan umat Katolik yang sadar akan ketata negaraan, sadar akan hidup kegerejaan. Rumah tangga Katolik yang sungguh-sungguh sadar akan pendidikan, kuat dalam melaksanakan kewajiban bersama dalam segala untung malang dan hal ihwal…..

Semoga dari rumah tangga Katolik, yang betul-betul merupakan sumber hidup, sumber pendidikan, sumber kebahagiaan dan penghibur, menyumbangkan anak-anaknya sebagai pemimpin-pemimpin dan tenaga-tenaga putera-puteri, yang mampu membimbing golongannya menjadi golongan yang boleh dibanggakan oleh bangsa Indonesia, dalam kedudukannya baik sebagai tokoh rohaniwan atau rohaniwati, maupun sebagai tokoh awam yang sejati… (ces)


Sumber: Djokopranoto, Richardus (2010). Memoar Alumni Pemuda Katolik, Rangkaian Pengalaman dan Refleksi (dalam bahasa Indonesia). Jakarta: OBOR

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

spot_img
Latest News

Hendrikus Werdity Kembali Terpilih Dalam Muskomda Pemuda Katolik Maluku Utara

Pemudakatolik.or.id, Morotai - Hendrikus Weridity kembali terpilih sebagai Ketua Pemuda Katolik Komisariat Daerah (Komda) Provinsi Maluku Utara periode tahun...
spot_img

More Articles Like This