Pengurus Pusat Pemuda Katolik 2021-2024 resmi dilantik di Swiss Bell Inn Hotel Jakarta, Senin (10/1/2022) oleh Kardinal Ignatius Suharyo, sekaligus Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI).
Turut hadir dalam pelantikan ini Dewan Pakar dan Dewan Pembina Pemuda Katolik, sejumlah tokoh legislatif, tokoh Katolik, dan tamu undangan lainnya.
Hadir juga Menteri BUMN Erick Thohir untuk membawakan orasi ilmiah, tokoh nasional Maruarar Sirait, Ekonom Rizal Ramli, Deputi Pengembangan Pemuda Kemenpora Asrorun Niam Sholeh, Plt Dirjen Bimas Katolik Albertus Magnus Adiyarto Sumardjono, dan lainnya.
Erick dalam orasi ilmiahnya menyampaikan sebagai bangsa Indonesia yang majemuk dengan penuh keragaman harus saling menjaganya. “Perbedaan kita ini yang justru menjadi kekuatan kita. Contoh-contohnya bagaimana Indonesia sudah bisa menghadapi krisis. Selalu negara-negara lain bilang kita akan turun, kita akan terbelakang. Tapi hari ini, buktinya dengan kita bergotong royong kita bersama-sama pemerintah pusat, pemerintah daerah, tokoh masyarakat, kita sendiri bisa membuktikan melewati krisis-kiris itu, termasuk Covid saat ini,” kata dia.
Pesan lahir kembali dan semangat kembali menguat dalam Pelantikan Pengurus Pusat Pemuda Katolik periode 2021-2024 yang mengambil tema, “Akselerasi Gerakan Pemuda Katolik Memasuki Tahun Toleransi dan Tantangan Pemulihan Ekonomi Nasional”.
Sebagai kader Katolik yang terlibat dalam kehidupan berbangsa, mengalami dan merefleksikan realitas nasional-global menuju organisasi pemuda Katolik yang transformatif maka dibutuhkan semangat “lahir kembali/semangat kembali/Reborn and Grow Further”.
Ketua Umum Pengurus Pusat Pemuda Katolik Stefanus Asat Gusma dalam pesannya mengatakan secara institusional, Pemuda Katolik adalah organisasi kemasyarakatan (Ormas) yang memiliki kader dari berbagai latar dan kalangan etnis yang tersebar di semua wilayah NKRI dari tingkat Pusat hingga ke lingkup desa. Pemuda Katolik dalam gerakan organisasinya bernapaskan doktrin dan ajaran Gereja Katolik, tetapi secara praktek, ia tetap bergerak dalam rel ideologi Pancasila dan konstitusi negara.
Menurut Gusma, sebagai anak bangsa, Pemuda Katolik berkomitmen untuk terlibat dalam merancang dan menjalankan program-program internal organisasi dan mendukung program-program pemerintah, khususnya yang tercantum dalam Prolegnas Prioritas Pemerintah tahun 2022. Gusma menyebutkan, ada beberapa point-point akselerasi yang menjadi konsen utama dari Pemuda Katolik, di antaranya:
Pertama, Tahun Toleransi- diharapkan Pemuda Katolik berani memperkuat muatan moderasi beragama dengan memajukan kehidupan umat beragama yang diwujudkan dalam sikap hidup amanah, adil, serta menebarkan keadilan dan kasih saying. Menjunjung tinggi keadaban mulia dengan menjadikan pokok ajaran agama sebagai pandangan hidup dengan tetap berpijak pada jati diri bangsa. Selanjutnya menghormati harkat dan martabat manusia dengan mengutamakan sikap memanusiakan manusia.
Kedua, mendukung Penyatuan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI). Elemen-elemen OKP, sebagai garda terdepan bangsa, perlu bersatu mengawal NKRI. Kalau ada perbedaan, sifatnya dialektis, jangan sampai meniadakan satu dengan yang lain atau menyerang kelompok yang lain. Sebab bila terpecah akan sulit menyatukan pandangan.
Ketiga, Pemilu Serentak. Pemuda Katolik selain menjadi wadah pengkaderan harus mampu bertransformasi menjadi perahu konsolidasi kader Katolik melalui dua gerakan strategis yakni, pembangunan dan penguatan etalase politik Katolik dan etalase politik konsolidasi. Upaya pembangunan dan penguatan etalase politik Katolik akan menyasar wilayah-wilayah basis kader Katolik yang secara politik memiliki kekuatan cukup. Modal dasar ini membutuhkan manajemen dan konsolidasi yang rapi untuk menjaga ritme pengkaderan hingga penyaluran kader dari level terbawah hinggapusat. Sementara itu, dukungan kepada kader-kader di wilayah-wilayah non basis akan menjadi konsentrasi program penguatan etalase politik konsolidasi.
Keempat, Isu Papua. Untuk mendorong akselerasi organisasi, struktur resmi organiasi akan didorong dengan metode kerja yang lebih terukur dalam beberapa unit kerja. Salah satu unit kerjanya adalah Gugus Tugas Isu Kebangsaan, HAM dan Papua. Kejar-kejaran infrastruktur di Papua sudah berlangsung lama tetapi tetap meninggalkan blueprint pembangunan manusia dan kesejahteraan yang belum jelas. Pola pendekatan yang digunakan nyaris sama disetiap periode kekuasaan, dan hingga hari ini menyisakan kasus kekerasan yang berulang, dan kesejahteraan yang belum merata. Gerakan pemberdayaan generasi muda Papua perlu digenjot sebagai upaya bersama penguatan kapasitas orang muda di Papua selaku lokomotif perbaikan persepsi, baik terhadap maupun dari masyarakat Papua, sebagai bagian dari komunitas Nusantara.
Kelima, Pemerintah dan DPR telah menyepakati Prolegnas RUU perubahan Ketiga Thaun 2020-2024 sebanyak 40 RUU. Pemuda Katolik memastikan diri mendukung setiap kebijakan pemerintah untuk mengawal RUU prioritas yang diusulkan pemerintah seperti RUU Tindak Pidana Kekerasan Seksual dan RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga.
“Sedangkan program internal adalah distribusi kader. Potensi kader yang tersebar dan belum terkonsolidasi sebagai satu kesatuan untuk bergerak secara kolektif. Maka target paling utama adalah adanya database kader sesuai potensi dan kompetensi,” jelas Gusma.