Pemuda Katolik berharap kunjungan Presiden Jokowi menjadi “Garam” pada G7 Summit untuk memberikan rasa sensitivitas pada kemanusiaan, yang akan mengimbangi potensi “api” baru, yaitu rencana penambahan sanksi, dengan pembatasan Impor Emas Rusia oleh beberapa anggota G7, termasuk Presiden AS, Joe Biden.
“Belakangan ini beberapa pertemuan dan forum selain tawar akan rasa (kemanusiaan), bahkan cenderung jadi api yang membakar, maka perlu ada yang menggarami, mengembalikan tujuan untuk apa negara-negara melakukan konferensi tingkat tinggi, yaitu Solving the Problem, baik G7 atau G20 pada waktu mendatang”, ujar Ketua Bidang Pertahanan dan Hubungan Internasional PP Pemuda Katolik, Julwanri Munthe.
Julwanri beranggapan bahwa tantangan global saat ini bukan menghentikan mesin perang salah satu negara yang berkonflik, namun potensi krisis ekonomi, pangan dan energi yang sulit terwujud tanpa Perdamaian, hal ini harus menjadi Ruh perjuangan pak Jokowi.
“Di forum G7, pak Jokowi dan Indonesia sebagai ketua Presidensi G20 dan dapat dukungan masyarakat lebih dari kuat, juga secara posisi dianggap strategis karena tidak pernah masuk peta konflik, jadi punya Supremasi Moral”, jelas Julwanri.
Menurutnya, supremasi moral bisa sangat mahal, hal yang dimiliki Indonesia tersebut kuat mendorong kepentingan seluruh masyarkat internasional antisipasi krisis atau bahkan bencana global.
Menghadapi cara kerja konflik dan mesin perang yang rumit, Pemuda Katolik berharap Indonesia tetap pada track lurus menyerukan solusi krisis Energi dan Pangan yaitu perdamaian.
“Walaupun G7 bukan organisasi (informal) satu yang pasti forum ini juga bukan Pakta Pertahanan atau Front, maka gaung untuk perdamaian bisa sangat kuat”, pungkas Julwanri.*
