Thursday, March 28, 2024

Pemuda Jadi Ujung Tombak Jaga Toleransi

Must Read

KUTACANE, PK – Pemuda mempunyai peran besar dalam sejarah perjuangan dan mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia. Sejak Kebangkitan Nasional tahun 1908, Sumpah Pemuda 1928, Kemerdekaan RI 1945 sampai reformasi 1998, pemuda mempunyai peran penting untuk menjaga dan melestarikan eksistensi Negara Kasatuan Republik Indonesia. Bahkan Presiden Pertama Indonesia Ir. Soekarno pernah mengatakan “Berikan aku 10 pemuda, maka kuguncangkan dunia.”

komda_acehKetua Umum Pemuda Katolik Karolin Margret Natasa menilai, peran pemuda masih sangat dibutuhkan oleh bangsa ini,  khususnya dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Pemuda, kata Karolin, dapat menjadi ujung tombak menjaga toleransi dan kurukunan dalam masyarakat Indonesia yang beraneka ragam. Apalagi, keberagaman ini dimanfaatkan oleh pihak tertentu untuk menghancurkan bangsa.

Hal ini disampaikan oleh Karolin dalam acara Musyawarah Komisiariat Daerah (Muskomda) Aceh di Balai Diklat BKPP Kutacane, Aceh Tenggara pada Sabtu (23/1). Dalam acara ini hadir, Wakil Bupati Aceh Tenggara Ali Basrah, Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Medan Elias Semangat Sembiring, OFM, Cap, sejumlah anggota DPRD Faisal (Partai Aceh), Bustami (PDIP), Nazaruddin (PDIP), Roy Tarigan (Demokrat), Syamsiar (Golkar), dan Ketua DPC PDIP Aceh Tenggara Kasiman, serta Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Aceh Tenggara Deni Febrian Rosa.

“Salah satu tantangan bangsa kita sekarang ini adalah bagaimana meramu keberagaman sehingga menjadi kekuatan bangsa dalam menghadapi berbagai masalah. Saling menghargai, menghormati, dan menjaga toleransi merupakan cara-cara yang dapat digunakan menjaga keberagaman. Dalam konteks ini, pemuda bisa menjadi ujung tombak untuk menjaga toleransi tersebut,” ujar Karolin dalam seminar yang bertajuk Kebersamaan dalam Keberagaman.

Karolin menilai, perbedaan dan keberagaman itu bisa menjadi musibah jika tidak dikelola dengan baik. Apalagi, masyarakat Indonesia sangat majemuk, terdiri dari berbagai suku, agama, ras, dan aliran kepercayaan.

“Berhadapan dengan kenyataan keberagaman ini, tidak lain yang bisa dilakukan adalah membuka diri, membangun dialog, dan komunikasi sehingga bisa memahami dan mengerti satu sama lain, serta menghargai dan menghormati orang yang berbeda dengan kita,” jelas dia.

Karena itu, Karolin mendorong pemuda untuk aktif di kegiatan-kegiatan organisasi kepemudaan. Dalam organisasi tersebut, pemuda, katanya, harus menjalankan kaderisasi yang baik dan kegiatan-kegiatan organisasi yang bisa mengembangkan diri dan membangun komunikasi dengan organisasi kepemudaan lain.

“Di organisasi kepemudaan memang harus ditempa dan dibentuk sehingga menjadi kader-kader yang berkualitas, bernilai, dan berintegritas sehingga mampu membuka diri, berdialog, dan berkomunikasi dengan orang lain yang berbeda baik dari segi suku, agama, maupun ras. Misalnya, Pemuda Katolik berdialog dan bekerja sama dengan Pemuda Muslin, Kristen, Hindu, Budha, Konghucu, atau aliran kepercayaan lain untuk membangun toleransi dan menjaga keberagaman di masyarakat,” terang dia.

Hal senada diungkapkan juga oleh Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Aceh Tenggara Deni Febrian Rosa. Menurut Deni, pemuda di Aceh Tenggara telah berkomitmen menjaga kebersamaan dan toleransi di masyarakat Aceh Tenggara.

“Kami Pemuda di Aceh Tenggara, menjalankan kegiatan-kegiatan yang bisa mempererat satu sama lain dan menjaga keberagaman, seperti kegiatan seni dan budaya, olahraga, dan forum kebersamaan. Bahkan, saya berinisiatif akan meminta legalisasi Forum Pemuda Lintas Agama untuk menjaga toleransi di Aceh Tenggara,” ungkap Deni.

Dia juga mengharapkan agar pemuda menghilangkan rasa emosional dan egosektoral. Pemuda, katanya, harus lebih membuka diri, aktif di organisasi sosial-kemasyarakatan dan belajar banyak sehingga tidak terlibat dalam narkoba, tindakan kriminal, dan teroris.

Sementera itu, Ketua Demisioner Komda Pemuda Katolik Aceh Kikin Tarigan mengaku merasa terbantu dengan kebersamaan pemuda di Aceh Tenggara serta pemerintah daerah yang menerima keberadaan Pemuda Katolik khususnya dan umat katolik umumnya di Aceh Tengggara.

“Meskipun kami minoritas di Aceh Tenggara, tetapi kerja sama antara pemuda dan pemerintah daerah Aceh Tenggara yang sangat baik, kami merasa dibantu, difasilitasi, bahkan sembilan gereja di Aceh Tenggara sudah mendapat Izin Mendirikan Bangunan semua. Itulah indahnya kebersamaan dalam keberagaman,” tutur Kikin seraya menyampaikan terima kasih kepada Pemda Aceh Tenggara.

Sebagaimana diketahui, Musyawarah Komisariat Daerah (Muskomda) merupakan salah satu kegiatan Pemuda Katolik yang diselenggarakan daerah (setingkat Provinsi) sekali dalam tiga tahun. Muskomda dilakukan untuk mengevaluasi dan menetapkan program-program organisasi di tingkat daerah. Selain itu, kegiatan ini juga dilakukan untuk memberhentikan, memilih, dan menetapkan kepengurusan Komisariat Daerah.

Komda Aceh menyelenggarakan Muskomda di Aceh Tenggara, salah satu kabupaten di Aceh. Daerah yang dipimpin oleh H. Hasanuddin Beruh dan Ali Basrah ini sangat majemuk, namun yang patut diapresiasi dari daerah ini, yakni tidak pernah terdengar kerusuhan yang berbau SARA. Mayoritas penduduknya beragama Muslin, disusul Kristen Protestan dan Kristen Katolik. Sementara suku bangsa yang hidup di Aceh Tenggara sangat banyak, yakni suku Alas, suku Gayo, suku Batak, suku Karo, suku Minangkabau, suku Singkil, suku Aceh, suku Batak Mandailing, suku Jawa, suku Sunda, suku Nias, suku Melayu, dan suku Tionghoa.

Sumber: BeritaSatu.com

http://www.beritasatu.com/nasional/344104-pemuda-jadi-ujung-tombak-jaga-toleransi.html

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

spot_img
Latest News

Pemuda Katolik Sumatera Utara Siap Ambil Bagian dalam Pilkada 2024

Pemudakatolik.or.id, Medan - Komisariat Daerah Sumatera Utara mengutus 8 orang untuk mengikuti Kursus Kepemimpinan Lanjutan II yang diadakan Pengurus...
spot_img

More Articles Like This