Mgr. Albertus Soegijapranata (25 November 1896 – 22 Juli 1963) adalah Uskup pertama Indonesia. Ia diangkat sebagai Pahlawan Nasional pada pada tanggal 26 Juli 1963 melalui Keputusan Presiden No. 152/1963.
Soegija, merupakan Vikaris Apostolik Semarang, kemudian menjadi uskup agung. Ia merupakan uskup pribumi Indonesia pertama dan dikenal karena pendiriannya yang pro-nasionalis, yang sering disebut “100% Katolik, 100% Indonesia”.
Soegija ditahbiskan menjadi imam pada 15 Agustus 1931, ditunjuk Paus Pius XII sebagai uskup pada 1 Agustus 1940, dan ditahbiskan menjadi uskup agung Semarang pada 6 Oktober 1940.
Sebagaimana diketahui, Pemuda Katolik lahir pada tahun 1945, artinya pada masa kegembalaan Mgr. Soegija.
Departemen Media dan Digitalisasi Program PP Pemuda Katolik mencoba untuk mencari jejak komunikasi antara Mgr.Soegija dan Pemuda Katolik (saat masih bernama Angkatan Muda Katolik Republik Indonesia “AMKRI” (1945), dan sesudah bernama Pemuda Katolik (1960)).
Dari Buku Catatan Harian Mgr. Soegijapranata (1947-1949)
Di dalam rentang waktu 13 Februari 1947 – 17 Agustus 1949, Mgr. Soegijapranata mencatat seluruh aktivitas yang berkaitan dengan dirinya. Beliau juga mencatat berbagai peristiwa yang terjadi di sekitar tempat keberadaan beliau serta informasi-informasi yang diterimanya.
Walaupun hanya dalam rentang 2,5 tahunan Mgr. Soegija menulis, namun berbagai informasi penting dapat terekam di masa-masa awal Indonesia yang baru berdiri. Buku catatan harian Mgr. Soegija kemudian oleh Romo G Budi Subanar,SJ diterbitkan menjadi buku pada tahun 2012.
Berikut ini komunikasi Bapa Uskup Mgr. Soegija dengan Pemuda Katolik yang sempat tercatat dalam Buku Catatan Harian Bapa Uskup:
- 5 Maret 1947 (Rabu) – Sore menghadiri acara pertemuan AMKRI Pusat
- 14 Maret 1947 (Jumat) – ….. Jam 5,45 pergi ke Purbayan diantar 10 pandu + kapiten dan tentara. Jam 4 dikunjungi pandu + pemuda 150 orang yang meminta wejangan. Jam 6 disuntik kalk. Jam 6,15 didatangi pemuda + pemudi AMKRI 200 orang, jam 7-8,30 mengadakan pembicaraan bersama (pengurus) pusat P.K.R.I.
- 24 Maret 1947 (Senin) – Sesudah Misa menerima kunjungan umat Indo. ….. Sorenya jam 4.30 pergi ke Ganjuran dijemput truk penuh anggota AMKRI yang membawa senjata. Saya memberitahukan bahwa selama berada di dalam kota tidak boleh membawa senjata. Sekitar jam 5 sampai di Ganjuran, disambut oleh umat. Halaman gereja dihiasi seperti layaknya kalau ada prosesi. Kemudian upacara di dalam gereja, singgah di asrama dan dikunjungi para panitia.
- 15 Mei 1947 (Kamis) – Hari Raya Kenaikan S. Kr. (Sang Kristus). Jam 6 Misa meriah di Purbayan. Berkotbah dalam Misa jam 6 dan jam 8. Sesudah ibadat pujian memberi pengarahan AMKRI yang berkumpul di S.M.K.
- 23 Mei 1947 (Jumat) – Jam 6.30 R.K. mempersembahkan Misa di Bintaran. Bersiap-siap menerima tamu. Jam 5 pergi ke Kotabaru, diantar mobil Boediman, langsung menuju ke rumah dokter Sentral. Jam 7.30 menerima tamu S.M.T AMKRI.
- 26 Mei 1947 (Senin) – Mepersembahkan Misa meriah untuk para AMKRI pelajar di Bintaran. Jam 10 menghadiri rapat Amkri pelajar dan memberikan sambutan. Sorenya jam 5-6 menghadiri rapat P.K.R.I. dan AMKRI wanita serta memberikan wejangan.
- 27 Mei 1947 (Selasa) – Jam 6 mempersembahkan Misa di Bintaran, menerima Rama Holthouzen yang baru datang di Yogya jam 11 malam 26 Mei 47 bersama dengan frater Bouwens, Beek, Kunkels. R.P. Wammes menghadap. Jam 5 sore berangkat menuju Muntilan menggunakan mobilnya Hadisoetjipta diantar Singgih dan dijemput R.D. Dwidjasoesanta dan umat dari Muntilan. Antara Tegalsari dan Dangean dijemput AMKRI bersepeda dan dua naik kuda membawa bendera merah putih dan putih kuning. Sesampainya di Muntilan lewat di depan Kolese disambut umat Kath yang berjajar rapat di pinggir jalan. Dari Bruderan (Novisiat SJ) barisan menuju gereja Kolese diterima dengan upacara resmi. Sesudah upacara duduk di pasturan Sleko disambut Pamong praja, wakil Tentara P.T.T. dan sejumlah warga Katolik.
- 1 Juni 1947 (Minggu) – Jam 6 mempersembahkan Misa meriah di gereja Kolese. Sesudah Misa menerimakan Sakr. penguatan. Sesudah upacara, yang menerima Sakr. penguatan menghadap di novisiat. Yang memberi sambutan pak lurah Jagalan. Sesudah sarapan, jam 10 memberi pengarahan AMKRI pemuda-pemudi. Sesudah ibadat pujian memberi wejangan untuk para ibu sampai jam 6,45.
- 2 Juni 1947 (Senin) – Misa di gereja Kolese. Sesudah makan menerima tamu, jam 12,15 mengunjungi novisiat S.J. makan di sana, pulangnya jam 2 terus menerima tamu sampai jam 4. Jam 4,45 menghadiri pertandingan sepakbola antara AMKRI melawan P.T.T. AMKRI menang 2-1. Sorenya menerima tamu.
- 3 Juni 1947 (Selasa) – Mulai jam 2, menerima tamu, jam 4,30 naik kereta menuju Musuk. Kudanya rewel lagi sampai terpaksa ganti (kereta/kuda) sehingga sampai di Musuk terlambat. Sesampainya di Kadipura disambut barisan pemuda AMKRI dan lain-lainnya. Sesampainya di Musuk kemudian resepsi di panti khalwat yang penuh dengan para tamu dan penonton. Disuguhi pertunjukan fragmen wayang orang dan panembrama lumayan.
- 11 Juni 1947 (Rabu) – Jam 4 membuka pasar derma, dalam rupa-rupa permainan, pertunjukan dan makanan. Jam 10 selesai. Yang menyelenggarakan Perkumpulan Kath Tiong Hwa dibantu P.K.R.I. dan AMKRI. Mendapat pehatian banyak sekali. Pendapatan kotor sekitar tiga ribu lebih.
- 3 Juli 1947 (Kamis) – Misa seperti kemarin. Pagi didatangi Mr. Wijana putri + Dr. Sentral putri. Sorenya mengadakan pembicaraan dengan pengurus pusat AMKRI.
- 13 Agustus 1947 (Rabu) – RabuJam 6 Misa seperti kemarin. Sesudah makan mengadakan pembicaraan dengan R.P. Soemarno. Jam 6 pergi ke Wedi, naik kereta disertai R.D. Poerwadi. Di Wedi disambut para petugas pelayan, tinggal di Wedi dengan Br. Tirta. Siang malam pasturan dijaga AMKRI.
- 22 Agustus 1947 (Jumat) – Misa meriah. Jam 6, jam 7 selesai, Pesta Hati Maria Tak Bernoda. Jam 9 ada pemuda dari Magelang mengabarkan keselamatan R.D. Sandjaja. Pasturan dijaga AMKRI siang malam. Saudara Trijasa mulanya ramai menjadi buron, barangkali agak dicurigai. Agaknya ada rahasia sehubungan dengan pasturan Magelang. Menerima R.D. Poedja yang akan berangkat ke Klaten, dan memberi petunjuk bermacam-macam. Jam 5 ibadat pujian meriah, berkotbah. Sesudah ibadat pujian istirahat kemudian menerima Jan Reineke.
- 8 September 1947 (Senin) – Jam 6 Misa meriah dengan pentahtaan. Jam 8 menerima tamu. R.D. Hardjawarsita menghadap. Sore jam 4,30 memberikan pengajaran tentang menyejahterakan keluarga kepada anggota W.K. paroki Kumetiran dan Kotabaru, bertempat di gereja Kumetiran. Sesudah mengajar, didatangi para pengurus wanita Partai Katolik dan AMKRI wanita, Saya menjelaskan tentang organisasi dan delegasi.
- 21 Nopember 1947 (Jumat) – Misa seperti kemarin. R.K. mengubah rencana AMKRI sehubungan dengan konferensi
- 2 Desember 1947 (Selasa) – Misa seperti kemarin. Sesudah sarapan: tamu. Libert dan isterinya, Kongregasi Pemudi Tiong Hwa, anak-anak dari kantor kelautan, Chritin Toengkak. Sore yang menghadap Darjani, Moedjilan. Pagi R.P. Djajasepoetra tentang memperhatikan prajurit di asrama, R.D. Hardjawarsita membahas tentang tahbisan dan konferensi AMKRI.
- 8 Desember 1947 (Senin) – Jam 7 didatangi Moenadjat dan Soedarwati minta pertimbangan perkara surat dari Jakarta dan AMKRI.
- 18 Februari 1948 (Rabu) – Jam 10,45 pengurus AMKRI menghadap.
- 29 Maret 1948 (Senin) – Jam 9 memberi sambutan pada rapat Amkri di gedung S.K.P.S. Banyak yang hadir.
- 9 Mei 1948 (Minggu) – Berkotbah di dalam Misa jam 6 dan jam 8. Sesudah sarapan menerima kunjungan umat dari luar Muntilan: Mungkid, Sawangan, Dukun, Ngawen, Borobudur. Sesudah ibadat pujian jam 6 rapat dengan AMKRI di asrama No. 5.
- 26 Mei 1948 (Rabu) – Misa seperti kemarin. Wolf Tjakra menghadap. Jam 5 Tw. Hovies F. Clayer Boucaert Secretaire de l’Ambasade di Belgique menghadap, menyampaikan surat dari Mgr. Delegat, dan Mgr. Vissen, Mgr. Deloq tentang berita dari Eropa bahwa AMKRI bergabung dengan Federation Mondiale de Jonge. Bal menyerahkan penyelengaraan Vikariat Purwokerto ke daerah Republik. Tw. Soegiri menghadap.
- 3 Juni 1948 (Kamis) – Djupri, Goei, Soeprija, Djajsupadma menghadap perkara surat kabar; modal belum terkumpul padahal Juli harus sudah terbit. Redaksi: Sukadija, Subijat, Martaja. Sorenya didatangi Berta beserta pasangan dan Sukadija yang membahas perkara organisasi perkumpulan dan redaksi surat kabar, AMKRI.
- 25 Juni 1948 (Jumat) – Jam 9 Bernardin Hardja kusuma menghadap, mengungkapkan bahwa pernikahannya telah sah. R.M. Sadiwinata tentang Persero. Soegiri tentang AMKRI.
- 6 September 1948 (Senin) – Sore jam 4 Sunardi pengurus AMKRI pusat menghadap, minta izin untuk menghentikan AMKRI yang galak dan kelompok muda yang mengabdi G.A.
- 12 September 1948 (Minggu) – Sesudah ibadat pujian AMKRI putri menghadap
- 20 September 1948 (Senin) – Misa jam 6,30 di gereja Bintaran. Di depan gereja ada tentara, sehubungan dengan perlucutan terhadap tentara yang tinggal berseberangan dengan gereja. Sumardi Pengurus AMKRI pusat yang bertanya tentang persiapan. Saya menyarankan yang paling penting itu bukannya bagaimana menyelamatkan para imam dan rohaniwannya, melainkan bagaimana bisa mengalahkan musuh.
- 25 Desember 1948 (Sabtu) – …. Jam 4,30 ibadat pujian + kotbah. ikut ibadat pujian. Sesudah ibadat pujian R.P. Djajaseputra yang akan pergi ke (willen uit) Solo memberi kabar: R.D. Sandjaja + fr. Bouwens dibunuh, seminari dijarah, kolese dirusak, sekolah di depan susteran dirusak. Sorenya AMKRI. Jusup membawa kambing yang akan dibagikan.
- 26 Desember 1948 (Minggu) – …… AMKRI minta izin untuk mencari bahan makanan dari luar (wilayah RI) serta menyelidiki keadaan kesatuan yang minta bantuan juru-rawat.
- 30 Desember 1948 (Kamis) – …… Misa seperti kemarin, Berhubung tadi malam di mana-aman ada penyerbuan, pemuda dan orang-orang berkurang, diserahkan polisi dan diancam kalau ikut-ikutan mengacau akan dihukum keras. Akhirnya semua pada bingung, tidak aman, banyak yang bermaksud pergi (mengungsi).
….. R.D. Purwadihardja Klaten datang: memberi kabar, bahwa orang Katolik selamat, kebanyakan mengungsi. Pasturan dan gereja ditutup, ditinggal dan dijaga pemuda, imam pindah ke desa barat laut Klaten, tapi masih sering mempersembahkan Misa di Klaten dan di mana-mana, mendapat izin dari Rep. dan mil. Belanda untuk mengunjungi umat. Wedi juga sudah diduduki tentara Belanda. Kabarnya umat selamat. AMKRI menjaga pasturan dan membantu orang yang terluka dan yang mengungsi. Danu menghadap, memberi kabar umat Boro selamat, tidak terjadi apa-apa. R.D. Sandiwan terus berada di Pugeran, memberi pertolongan pada orang-orang yang ditahan di kamp
- 31 Januari 1949 (Senin) – Misa meriah jam 6,20 peringatan Don Bosco, Santo pelindung AMKRI. Sesudah Misa pengurus AMKRI sarapan bersama.
- 18 Maret 1949 (Jumat) – Pelajaran agama untuk AMKRI Pemuda; Soeprapti, Warsini; R.P.Martawerdaja, R.P. Danu menghadap. Br. Servas dari Boro menghadap memberi kabar baik tentang Boro.
- 12 Agustus 1949 (Jumat) – Menteri Kasimo menghadap perkara tamu untuk AMKRI dari anggota P.v.d.A. Sore rapat pembentukan Yayasan Wydijamandala dan pelantikan Pengurus. Jam 6,30-8,30.

Walaupun begitu singkat catatan Bapa Uskup Soegija, namun di saat-saat genting Republik, Pemuda Katolik (Saat itu AMKRI) telah membuktikan kehadirannya bagi Gereja dan Negara. Pada bagian ke 2 nanti, kami akan mensarikan poin-poin wejangan Bapa Uskup Mgr. Soegija dalam Kongres Pemuda Katolik tahun 1960.* (ces)
Baca Juga: Jejak Pemuda Katolik Dalam Catatan Harian Pahlawan Nasional Mgr. Soegija, Bag.2