Pemudakatolik.or.id, Jakarta – Katalis (Komunitas Intelektual Strategis) Pemuda Katolik bersama PP Pemuda Katolik menyelenggarakan diskusi bertajuk “Determinasi Pop Culture Dalam Skena Politik Indonesia”. Hadir dalam diskusi ini sebagai narasumber Yuka Dian Narendra (Dosen Universitas Matana/Peneliti Pop Culture), Nicky Fahrizal (CSIS), Ari Nurcahyo (Para Syndicate), dan Tsamara Amany (Aktivis Perempuan)
Ketua Umum PP Pemuda Katolik, Stefanus Asat Gusma menekankan pentingnya pemahaman budaya dalam konstelasi politik. “Capres dan Cawapres harus paham soal kebudayaan, sebab ini bisa menjadi medium yang efektif dalam upaya mendekatkan diri terhadap kelompok muda sebagai pemilih mayoritas di 2024” kata Gusma.
Peneliti muda CSIS, Nicky Fahrizal menegaskan bahwa kita perlu melihat pop culture dan potensi determinasinya dalam skena politik Indonesia. “Jadi pelajari, amati, dan implementasikan pendekatan pop culture untuk merelevankan politik dengan alam berpikir generasi muda”, ujar Nicky.
Peneliti Pop Culture, Yuka Dian Narendra berpendapat bahwa setiap insan muda harus punya pemahaman soal kebudayaan. “Bekerjalah di dalam kebudayaan, karena pertemuan yang paling menarik adalah pertemuan kebudayaan, kalaupun berkonflik, hasilnya adalah budaya baru”, jelas Yuka
Senada dengan Yuka, Ari Nurcahyo juga menyampaikan peranan penting pop culture dalam skena politik Indonesia. “Budaya hadir untuk menciptakan grand design pop culture yang bisa merepresentasikan kepribadian Indoensia kedepannya”, pungkas Ari.
Aktivis Tsamara Amany menilai bahwa pemuda harus bisa menjembatani antara idealisme dan realitas politik. “Sebagai anak muda kita harus bisa menjadi jembatan diantara idealisme dan realitas politik. Tetap harus selalu ada batasan tentang nilai kita (nilai anti korupsi, prinsip nasionalisme dan toleransi)”, jelas Tsamara.