Pemudakatolik.or.id, Papua-Pembangunan Sumber Daya Manusia bidang pendidikan di Papua dalam kerangka Otonomi Khusus (Otsus) diharapkan tidak semata fokus soal pendidikan formal, tetapi juga pendidikan informal dan nonformal di daerah itu.
Bukan saja pendidikan yang berfokus pada aspek kognitif tetapi juga pada afeksi dan psikomotorik. Sisi ketrampilan, kemandirian, atau kurikulum yang fleksibel adalah metode-metode pendidikan yang menjawab kebutuhan masyarakat kecil di Daerah Otonomi Baru (DOB) tersebut.
“Kedepannya ada lembaga pelatihan khusus, kelompok belajar, tempat kursus, sanggar, yang berasaskan prinsip inovasi dan kreativitas, pentingnya literasi, ketrampilan komunikasi, kelompok mata Pelajaran Iptek, bahasa, atau pendidikan ketrampilan sebagai gairah pendidikan di daerah DOB Papua,” ujar Ketua Gugus Tugas Papua, Melkior N.N Sitokdana usai pengumuman Kompetisi Menulis dan Presentasi Essay (KOMPRES), Senin, (25/7/2022).
Melkior menegaskan, Pemuda Katolik bertekad memberi edukasi kepada masyarakat Papua lewat banyak program pelatihan dan webinar. “Di bidang literasi, Gugus Tugas Papua telah melakukan pelatihan menulis, literasi digital membuat grafik penelitian, dan presentasi essay,”sebut akademisi ini.
Ketua Umum Pemuda Katolik, Stefanus Asat Gusma mengatakan Pemuda Katolik berkomitmen memberi sumbangsih saran dalam pembentukan DOB ini. Sumbangsih saran itu dalam bentuk Edukasi Papua khususnya bidang literasi.
Gusma mengatakan program edukasi dan kampanye pengetahuan, kecakapan dalam menggunakan media digital dan memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas, dan cermat membudaya di Tanah Papua.
“Diharapkan kedepannya dari DOB ini lahir kampung literasi, adanya kader literasi yang tangguh, ada basic training camp literasi, atau juga literasi journey ke daerah-daerah pelosok sehingga anak bangsa bisa mengenal lebih jauh tentang Papua Sendiri,” sebutnya.
Semenjak panitia merilis flyer kompetisi dan membuka pendaftaran pada tanggal 27 Juni 2022, ada 52 naskah yang terkumpul. Setelah melalui proses seleksi administrasi dan seleksi sistematika penulisan terpilih 10 penulis terbaik. Dari 10 finalis itu diseleksi lagi oleh tiga Dewan Juri yaitu Melkior Sitokdana; Robert Yewen (Jurnalis); dan Alfonsa Wayap (Aktivis Perempuan Papua).
Dari 10 finalis terseleksi 5 peserta di antaranya: Petrus Pit Supardi (Masyarakat Awam Papua); Jonny Ricardo Kocu (Mahasiswa Pascasarjana STPMD APMD Yogyakarta); Joseph A. Rahail-(Staf Peneliti Pusat Studi Kependudukan Uncen Papua); Imanuel H. Mimin (Ketua Komunitas Mahasiswa dan Pelajar Papua Aplim Apom se Jawa dan Bali); dan Michael J. Komigi (Mahasiswa Jurusan Bisnis JIC).
Pada 15 Juli 2022 kelima peserta ini masuk ke dalam tahapan final yaitu presentasi essay di depan para dewan Juri dan terpilih para Juara yaitu Petrus Pit Supardi dengan judul “Pemekaran Provinsi di Papua dan Dampaknya bagi Orang Asli Papua.” Juara kedua diraih oleh Jonny Ricardo Kocu dengan judul essay “Aktor dan Kepentingan di Balik Pemekaran Daerah di Papua.” Dan posisi ketiga adalah Joseph A. Rahaildengan materi berjudul “DOB Pelita bagi akselerasi Pembangunan di Tanah Papua.”
Ketiga pemenang ini mendapatkan reward berupa uang pembinaan dari Pengurus Pusat Pemuda Katolik Juara 1 Rp. 2,5 juta, Juara 2 Rp. 1,5 juta dan Juara 3 Rp. 1 juta. Selain itu 10 penulis terbaik karya mereka akan dibukukan.