Jakarta – Seluruh dunia memperingati Hari Perempuan Sedunia atau Hari Perempuan Internasional pada 8 Maret. Wasekjen Bidang Perempuan dan Anak Pengurus Pusat (PP) Pemuda Katolik, Agustina Doren berpendapat bahwa dibanding negara ASEAN lainnya, Indonesia masih harus mewaspadai persoalan AKI karena mencapai lebih dari 200 orang dari 100.000 kelahiran hidup.
“Pada target Sustainable Development Goals (SDGs) nomor lima, AKI harus turun menjadi 100 per 100.000 di tahun 2015, akan tetapi sampai saat ini nyatanya angka ini masih rancu dan belum diketahui kepastiannya apakah mampu turun serendah itu di Indonesia,” ungkap dia.
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab dari angka kematian langsung ibu di Indonesia yakni infeksi hingga pendarahan. Namun ada juga faktor akses sosial, pendidikan hingga ekonomi, misalnya terlambat menangani persoalan persalinan hingga akses terhadap fasilitas kesehatan.
Agustina menegaskan bahwa Hari Perempuan Internasional diperingati sebagai hari akses terhadap berbagai hak terhadap perempuan. Sehingga untuk itu perempuan Indonesia harus mampu ikut berpartisipasi dalam mengawasi angka penurunan AKI. “Jika proses aktualisasi Jampersal masih mandek akibat dana yang tidak akuntabel maka persoalan AKI di Indonesia tidak akan pernah turun sesuai dengan target SDGs tahun 2015,” imbuhnya.
“Semua ini harus secara simultan diupayakan peningkatannya. Selain dari pemerintah melalui Kementerian Kesehatan, perangkat desa seperti program suami siaga, bidan siaga, hingga warga siaga juga harus terus digencarkan dan dihidupkan kembali. Penurunan angka AKI adalah bentuk keberhasilan terhadap hak-hak perempuan di Indonesia bidang kesehatan, untuk itu mari kita perjuangkan penurunan angka AKI. Selamat Hari Perempuan Internasional tahun 2022,” pungkas Agustina. (*)