Pemuda Katolik.or.id, Salatiga -Pelatihan Analisis Sosial dan Penulisan Esai Bagi Mahasiswa Papua dibuka oleh Koordinator Pembina Mahasiswa Papua di UKSW Salatiga, Melkior N.N Sitokdana, S.Kom., M.Eng di Gedung F Kampus Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Kamis 8 Desember 2022.
Dalam sambutannya mengatakan “Pelatihan ini diselenggarakan untuk melatih mahasiswa Papua tentang praktik analisis sosial dan penulisan esai. Papua memiliki berbagam persoalan sosial, baik sosial budaya, sosial politik, sosial ekonomi, sosial teknologi, dan sebagainya sehingga dibutuhkan daya kritis dari para pemuda Papua untuk memecahkan berbagai persoalan tersebut. Untuk tujuan tersebut maka diselenggarakan pelatihan ini”, ujar Dosen Asli Papua UKSW yang saat ini juga menjabat sebagai Ketua Departemen Gugus Tugas Papua, Pengurus Pusat Pemuda Katolik.
Narasumber pada pelatihan tersebut adalah Dr. Riwanto Tirtosudarmo, MA, Mantan Peneliti Senior LIPI atau saat ini dirubah namanya menjadi BRIN. Dr. Riwanto Tirtosudarmo menyampaikan materi berjudul “Mengapa Menulis Esai?”. Dalam paparannya, mengutip sebuah kalimat dari buku Arief Budiman (almarhum), berbunyi “ Bersama puisi orang-orang diajak menuju pada kehidupan nilai-nilai subyektif. Bersama ilmu orang diajak kepada hidup yang praktis.
Bersama esai orang diajak kepada kehidupan yang menggejala secara sederhana dalam diri seorang manusia nyata. Itulah esai”. Lebih lanjut Ia mengatakan, jika mengacu pada definisi yang dikemukakan Arief Budiman, esai berada diantara puisi dan artikel ilmiah.
Menurutnya tidak perlu belajar teknik untuk menulis, jika kebiasaan menulis belum ada. Yang diperlukan adalah membiasakan menulis dulu. Menulis apa saja dengan media apa saja. Baru setelah mulai tumbuh kebiasaan menulis, jka dirasa perlu boleh belajar tenik menulis. Jangan berharap akan bisa menulis dengan memulainya melalui belajar teknik menulis.
Lalu bagaimana menuangkan gagasan ke dalam Esai?, menurutnya pengalaman saya mulai membiasakan menulis adalah ketika menjadi mahasiswa. Mengirim tulisan untuk buletin mahasiswa atau koran kampus. Tiap orang memiliki kebiasaan menulisnya masing-masing. Ketika dewasa mungkin gagasan berkaitan dengan profesi masing-masing. Apakah diperlukan bakat untuk bisa menulis?
Menurutnya tidak. Karena setiap orang bisa menulis jika mau. Bakat tidak diperlukan, yang diperlukan adalah kemauan untuk menulis. Yang paling penting adalah menjadikan menulis sebagai kebiasaan.
Menurutnya kita punya banyak gagasan yang tersimpan dalam memori otak, pikiran dan perasaan. Gagasan adalah ide yang ada dalam pikiran, perasaan dan hati kita. Gagasan adalah sesuatu yang bersifat imajiner, namun selalu memiliki kaitan dengan sebuah kenyataan. Gagasan bisa diperoleh dari mana-mana, dari membaca buku, menonton film, ngobrol dengan teman, dari bepergian, juga dari sebuah penelitian yang sedang kita lakukan. Oleh karena itu, Ia mengajak generasi muda Papua untuk menuangkan gagasan-gagasan tersebut dalam bentuk esai.