Pemudakatolik.or.id, Yogjakarya – Roadshow Gerakan Nasional (GERNAS) Pemuda Penggerak Transformasi (PETRA) Digital digelar di Auditorium Kampus 3 Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Sabtu, (01/07/23). Kegiatan yang diprakarsai oleh Kementrian komunikasi dan informasi dan Pemuda Katolik Komisariat Daerah (KOMDA) Daerah Istimewa Yogyakarta ini diisi dengan seminar literasi digital dilanjutkan Rapat Kerja Daerah (Rakerda) Pemuda Katolik Komda DIY.
Kegiatan dihadiri lebih dari 117 peserta, belum termasuk panitia, mengambil tema “Akselerasi & Transformasi Kemajuan Digital bagi Keberlangsungan dan Perkembangan Organisasi Kepemudaan dan Kemasyarakatan”.
Hadir sebagai pembicara, staf pengajar Ilmu Komunikasi UAJY, Ranggabumi Nuswantoro, staf pengajar Ilmu Psikologi Universitas Sanata Dharma, Febriana Ndaru Rosita, serta Kabid OKP dan Hubungan Antarlembaga PP Pemuda Katolik, Bondan Wicaksono.
Dalam pemaparannya, Ranggabumi menyampaikan bahwa saat ini masyarakat Indonesia telah berada di era digital, yang salah satu dampaknya adalah membanjirnya informasi secara aktif di kehidupan. Informasi tersebut tidak semuanya positif, banyak juga informasi negative yang bisa mengancam keutuhan hidup berbangsa dan bernegara di Indonesia. Salah satunya disebabkan oleh maraknya hoaks.
Rangga menyoroti salah satu penyebab maraknya hoaks dipicu oleh residu tahun politik 2014 dan 2019 yang masih bertahan sampai kini. Residu tersebut akan sangat berbahaya jika masih terpelihara di generasi mendatang.
Kaitannya dengan tahun politik 2024, Rangga menilai Organisasi Kepemudaan dan Kemasyarakatan memiliki peran strategis untuk mengambil bagian mendorong terwujudnya masyarakat lintas generasi yang makin cakap digital. Diantaranya dengan memproduksi konten positif yang menarik dan memiliki nilai-nilai positif.
“Untuk itu organisasi kepemudaan dan kemasyarakatan, seperti Pemuda Katolik bisa menjadi agen peradaban kasih dengan membuat konten-konten yang seusai target audiens, tujuan organisasi, platform digital yang digunakan, dan trend yang diminati audiens”, ungkap Ranggabumi.
Sementara itu Febriana menyoroti perlunya kesadaran penuh (mindfulness) dalam kehidupan digital manusia di zaman sekarang ini. Menurut Febriana, kita perlu menyadari bahwa saat ini hidup manusia sangat bergantung pada internet dalam kehidupan digital. Hal itu membawa dampak positif dan negatif. Dampak postifnya diantarnya semakin terbukanya relasi tanpa harus tergantung ruang dan waktu, terbuka luasnya peluang mencari rezeki, hingga membuat hidup manusia menjadi lebih efisien. Namun disisi lain menimbulkan masalah , seperti membuat hubungan yang dekat semakin terasa jauh, adiksi, cybercrime, juga masalah fisik dan psikologis.
“Yang paling sering kita rasakan dampak dari kehidupan digital saat ini adalah munculnya rasa cemas yang berlebih, stress, ganguan tidur hingga emosi yang cenderung negatif”, jelas Febriana. Dengan menerapkan mindfullnes, kita bisa melatih diri bahwa kita memiliki control pada hidup kita agar terhindar dari dampak buruk internet. Misalnya dengan membatasi penggunaan media sosial, karena apa yang ditampilkan dalam media sosial sesungguhnya tidak menggambarkan kenyataan hidup sesuangguhnya.
Sedangkan pembicara ketiga, Kabid OKP dan Hubungan Antarlembaga PP Pemuda Katolik, Bondan Wicaksono dalam materinya menegaskan tentang peran pemuda sebagai agen transformasi digital.
Menurut Bondan saat ini masyarakat dunia, termasuk Indonesia, tengah mengalami enam kondisi yang relative sama. Yakni perubahan tatanan kehidupan manusia melaui instrument teknologi yang sangat kreatif dan inovatif (disruption-shifting), era dimana kebenaran bukan sesuatau yang hakiki namun diproduksi dan “dipaksakan” untuk diterima sebagai kebenaran yang sebenarnya (post-truth), pasar bebas, krisis sosial-ekologis, kesenjangan ekonomi, dan dampak pandemic. Dalam kondisiyang sudah banyak mengalami perubahan ini, maka perlu dicari paradigma, gagasan dan program aktivisme yang baru yang lebih strategis dan efektif.
Dengan bonus demografi yang dimiliki Indonesia, dimana 70% penduduknya berada pada usia produktif, dan 96% lebih tenaga kerja terserap di sector UMKM, menurut Bondan hal itu perlu dikelola dengan baik agar tidak menjadi boomerang.
“Melihat kekuatan dan peluang Indonesia dalam hal potensi yang dimiliki, inovasi teknologi, demokrasi dan ruang ekonomi baru, maka peluang yang bisa dilakukan di masa depan adalah melakukan kolaborasi dalam mengkampanyekan, membangun kerjasama dan mewujudkan kepedulian terhadap sesama untuk kesejahteraan bersama”, terang Bondan.
Untuk itu Bondan, menyarankan organisasi kepemudaan dan kemasyarakatan melakukan strategi program berupa penguatan organisasi dan kader, dan program penguatan peran sosial, ekonomi, dan politik. “Dengan adanya jaringan Organisasi Kepemudaan dan Kemasyarakatan yang saat ini jumlahnya mencapai lebih dari 100 organisasi merupakan peluang merujudkan kepemimpinan politik yang berpihak pada kepentingan Bersama”, tambah Bondan.
Bondan mencontohkan, Pemuda Katolik saat ini telah menjalin kolaborasi dengan berbagai institusi pemerintah dan swasta. Salah satunya program Gernas Pemuda penggerak Transformasi Digital,dan Kerjasama dengan GoTo dalam Upaya mendorong kemandirian UMKM agar semakin berdaya dan Berjaya.
Sambutan Ketua Umum Pengurus Pusat Pemuda Katolik Stefanus Asat Gusma diwakili oleh Ignatius Ganjar Tri Hantoro selaku Ketua Bidang Sosial dan Tanggap Bencana. Menurut Ganjar Seminar Nasional dengan Akselerasi dan Transformasi Kemajuan Digital Bagi Keberlangsungan dan Perkembangan Organisasi Kepemudaan dan Kemasyarakatan, benar benar menjadi gerakan pemuda dalam memperkuat kebangsaan sebagai agen-agen yang cakap digital dengan (value) posiif tidak semata sebagai follower digital namun sebagai transformer digital nasional, sehingga dunia maya tidak dipenuhi dengan konten-konten kekerasan, berita hoaks, ujaran kebencian dan hal-hal negatif lainnya, namun sebagai sarana mewujudkan peradaban kasih antar manusia. “Hari ini menjadi ajang pembuktian untuk kita bersama. Sebuah akselerasi berbasis potensi sumber daya kader. Pengurus Pusat sudah membuat clusterisasi: jurnalis, lawyer, akademisi, politisi, pengusaha, UMKM serta ASN, oleh karena itu momentum baik kawan-kawan pengurus Pemuda Katolik Komda DIY kami berharap dalam rekerda ini bisa memaksimalkan rencana program-program kerja organisasi yang lebih subtantif dan berdaya guna bagi Gereja, bangsa dan negara, terlebih di Daerah Istimewa Yogyakarta…”, tutup Ganjar.
Rakerda Forum menetapkan agenda Mandatoris
Usai seminar, dilangsungkan Rakerda komda DIY, yang diikuti Pengurus Komda dan perwakilan Pengurus Komcab Sleman, Bantul, dan Kota Yogyakarta. Untuk memaksimalkan langkah gerak organisasi secara massif secara nasional, hadir Sekjend PP Pemuda Katolik Johannes SM Sitohang, Kabid OKP dan Hubungan Antar Lembaga Bondan Wicaksono.
Dalam arahan nya Sekretaris Jenderal PP Pemuda Katolik Johanes S.M Sitohang berharap agar forum rapat kerja ini dapat menghasilkan produk raker yang berorientasi pada penguatan konsolidasi internal dan keterlibatan realistis yang berdampak.
Produk Rapat Kerja inilah yang akan menjadi mandatoris organisasi dalam pelaksanaan kerja-kerja organisasi dalam satu periode kepengurusan Pemuda Katolik Komda DIY Periode 2022-2025. Ada sembilan bidang dalam kepengurusan Pemuda Katolik Komda DIY, Paling tidak minimal menghasilkan satu program kerja per bidang, ini yang akan menjadi komitmen bersama untuk dikerjakan. Selanjutnya terkait kebijakan organisasi tentang ketetapan Peraturan Organisasi tingkat komda, lalu rekomendasi internal dan eksternal agar di rumuskan secara musyawarah mufakat agenda prioritas sebagai produk Rakerda Komda DIY tahun 2023 yang dapat dipertanggungjawabkan. Seluruh keputusan yang sudah ditetapkan dalam forum Rakerda ini akan teman-teman evaluasi dalam forum Rapat Pimpinan Daerah (Rapimda) mendatang…” ujar Joe panggilan Johanes SM Sitohang.
Selesai arahan dari Sekjend, dilanjutkan sidang-sidang internal pengurus Pemuda Katolik Komda DIY.*