Pemudakatolik.or.id, Papua -Departeman Gugus Tugas Papua Pengurus Pusat Pemuda Katolik menyelenggarakan Webinar Series bertema “Film Papua Sebagai Media Advokasi dan Edukasi”. Kegiatan ini dilakukan secara daring pada Sabtu, (15/04/2023), Pukul 14.00-16.00.
Tampil sebagai narasumber dari pembina Papuan Voices, Bernardus Koten dan Elisabeth Apyaka sebagai film maker yang telah menghasilkan belasan karya film dokumenter tentang Papua.
Kegiatan webinar dibuka oleh Melkior N.N Sitokdana, S.Kom., M.Eng selaku Ketua Departemen Gugus Tugas Papua, Pengurus Pusat Pemuda Katolik. Dalam sambutannya mengatakan film sebagai salah satu medium yang cukup efektif untuk mengadvokasi dan edukasi persoalan hidup orang asli Papua.
“Film sebagai medium yang cukup efektif untuk mengadvokasi persoalan sosial, budaya, ekonomi, politik dan lingkungan di Tanah Papua. Selain itu, sebagai medium untuk mengedukasi masyarakat tentang potensi alam dan budaya, toleransi, kebinekaan, potensi SDM, dan sebagainya,” ujarnya.
Dalam sesi materi, Bernardus Koten memperkenalkan komunitas Papuan Voices, yaitu suatu komunitas yang memproduksi film-film dokumenter tentang kisah keseharian masyarakat Papua dengan tujuan agar publik mengetahui tentang Papua yang sebenarnya.
Menurutnya komunitas tersebut dihadirkan untuk generasi muda Papua mengekspresikan potensi dan persoalan hidup Papua sesuai dengan kaca-mata orang asli Papua sendiri. “Papuan Voices adalah media orang asli Papua. Media untuk orang asli Papua mengekspresikan potensi dan persoalan hidup sehari-sehari melalui film dokumenter,” terangnya.
Selaku Pembina Papuan Voices, Bernardus mengajak generasi muda Papua untuk bergabung bersama mereka dalam membuat film dokumenter. “Kami membuka ruang besar kepada siapapun generasi muda untuk bergabung bersama kami agar sama-sama belajar membuat film. Kita punya banyak masalah, maka kita sendiri yang harus ceritakan dan cari solusi bersama,” katanya.
Sejak tahun 2011 Komunitas Papuan Voices dihadirkan sudah menghasilkan ratusan film dokumenter dari berbagai daerah di Tanah Papua. Papuan Voices juga menyelenggarakan Festival Film Papua yang merupakan agenda tahunan yang dilaksanakan di setiap Kabupaten/Kota di Tanah Papua.
Direncanakan pada bulan agustus 2023 ini Festival Film Papua akan dilaksanakan di Wamena. Selain itu, ada banyak program dan kegiatan yang dilaksanakan Papuan Voices, salah satunya pelatihan dan pendampingan pembuatan film dokumenter bagi generasi muda Papua di seluruh Tanah Papua.
Film maker Perempuan Papua, Elisabeth Apyaka dalam sesi materi berikutnya sharing pengalamannya memproduksi film dokumenter. Menjadi film maker adalah hobby-nya sejak kecil.
“Saya menjadi film maker karena hobby sejak kecil. Selain itu, karena banyak persoalan sosial, budaya, politik, ekonomi dan lingkungan di sekitar kita yang perlu diadvokasi dan diedukasi oleh kita orang asli Papua sendiri. Oleh karena itu, sejak 2012 saya menekuni produksi film dokumenter hingga sampai saat ini,” katanya.
Elisabeth Apyaka mulai belajar pembuatan film melalui Pelatihan yang diselenggarakan Yayasan Kampung Halaman, Yogyakarta tahun 2012 dan selanjutnya bergabung dengan komunitas Papuan Voices tahun 2017, hingga saat ini sudah 15 judul film dokumenter telah berhasil di produksi oleh perempuan Papua asal Kabupaten Pegunungan Bintang ini. Pada tahun 2022 yang lalu, ada satu judul film Elisabeth yang ditayangkan oleh Jogja Netpac Asian Film Festival (JAFF) yakni “Beda Cara Sama Rasa”, sebuah film yang menceritakan tentang Budaya Bakar Batu Suku Murop (salah satu suku di Pegunungan Bintang). Film ini juga akan ditayangkan melalui program Layar Tancap Akar Rumput, 28 – 30 Maret 2023 di Jayapura dan Sentani.
Diskusi yang dipandu oleh Ketua Bidang Perempuan dan Anak Pengurus Pusat Pemuda Katolik Alfonsa Jumkon Wayap ini diikuti oleh 20-an peserta dari berbagai kalangan Pemuda Papua. Pada sesi penutup Alfonsa Jumkon Wayap mengapresiasi karya Elisabeth Apyaka sebagai Film Maker Perempuan Papua yang berhasil mengharumkan nama Papua dalam ajang Jogja Netpac Asian Film Festival (JAFF).
“Saya apresiasi dan bangga atas pencapaiannya membawa nama baik perempuan Papua dan juga menunjukkan bahwa kita Perempuan Papua juga bisa berkarya melalui film dokumenter untuk mengedukasi dan mengadvokasi berbagai persoalan di Tanah Papua” ujarnya.