Pemudakatolik.or.id, Bali – Formasi lanjutan berjenjang Pemuda Katolik digelar di Bali dalam Kursus Kepemimpinan Lanjut (KKL), mulai Jumat-Minggu, 2-4 Desember 2022. Kegiatan ini diikuti oleh perwakilan kader Pemuda Katolik dari setiap Provinsi di Indonesia.
Berangkat dari tantangan dunia saat ini, tema Ekonomi Digital dalam rangka memperkuat ekosistem organisasi dalam konteks unit kerja bisnis dan incubator bisnis menjadi fokus kegiatan.
“Gagasan reborn and grow further yang telah kami mulai sejak awal tahun 2021, salah satunya Pemuda Katolik menyadari urgensi konteks pengkaderan saat ini, oleh karena itu tema yang kami angkat dalam KKL ini adalah “KUpgrading Kader dan Organisasi dalam Bidang Ekonomi Kreatif dan Pariwisata di Era Digital”, ungkap Stefanus Asat Gusma, Ketua Umum Pengurus Pusat Pemuda Katolik.
Gusma melanjutkan bahwa pemateri-pemateri dalam KKL tahun ini semuanya terkait UMKM, pariwisata, dan ekonomi digital, diantaranya dari Kadin Indonesia, Kemenparekraf, Kemendag, GoTo (Gojek Tokopedia), SDGs Bappenas, yang juga diperkuat dengan tinjauan akademis dari Rektor Universitas Tarumanegara – Jakarta dan Rektor STIMIK Primakara – Bali.
Mohammad Arsjad Rasjid Prabu Mangkuningrat, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia yang didaulat sebagai salah satu pemateri, berbagi inside bagaimana menjadi kader unggul dan kompeten di zona ekonomi digital.
Arsjad Rasjid menggambarkan potensi yang harus dicapai. Dalam paparannya Arsjad menjelaskan Indonesia adalah negara dengan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara; nilai Gross Merchandise Value (GMV) ekonomi digital Indonesia mencapai 840 triliun rupiah di tahun 2022 dan diprediksi mencapai 4.500 triliun di tahun 2030.
Selain memaparkan potensi ekonomi digital, Arsjad juga membeberkan tantangan yang harus diselesaikan. “Indonesia masih kekurangan empat ratus hingga lima ratus ribu digital talent per tahunnya, padahal pada tahun 2030 nanti kebutuhan digital talent mencapai sembilan juta…” tambah Arsjad.
Di akhir sesi, Arsjad Rasjid mengajak kader Pemuda Katolik untuk bergotong-royong untuk menyelesaikan tantangan kedepan dalam mewujudkan peluang ekonomi digital di tahun 2030 mendatang. Menurutnya kader Pemuda Katolik harus didorong menjadi digital preneur dimulai dari reskilling dan upskilling skil digital dan memulai bisnis digital di lingkup organisasi.
Lebih detail, Arsjad mengharap setiap Cabang Pemuda Katolik dapat mengembangkan minimal satu unit bisnis berbasis digital. Arsjad meyakinkan bahwa dampaknya jika ini dilakukan akan sangat besar untuk mencapai peluang ekonomi digital di tahun 2030.