Pemudakatolik.or.id, Bandar Lampung – Pemuda Katolik di Provinsi Lampung turut memeriahkan pawai ogoh-ogoh dalam rangka menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1945 pada Selasa (21/3/2023).
Hal itu seperti yang dilakukan pada Kabupaten Tulangbawang, Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Lampung Tengah, dan Kabupaten Pringsewu.
Perayaan tersebut masing-masingmya diikuti oleh Pemuda Katolik di komisariat cabang yang membidangi.
Untuk di Kabupaten Lampung Selatan, Ketua Pemuda Katolik Komcab Lampung Selatan Sutarno mengatakan kegiatan memeriahkan pawai Ogoh-ogoh merupakan agenda tahunan.
Tujuan dari itu adalah sebagai bentuk upaya merawat toleransi antar umat beragama di Kabupaten Lampung Selatan.
“Kalau pawai Ogoh-ogoh itu agenda tahunan di Lampung Selatan, setiap tahun kami ikut berpartisipasi,” kata dia.
“Tujuannya adalah untuk merawat toleransi di Kabupaten Lampung Selatan,” terus dia.
Hal yang sama juga disebutkan Pemuda Katolik Komcab Tulangbawang.
Sekretaris Pemuda Katolik Komcab Tulang Bawang Anton Pandiangan juga menyebut upaya saling bertoleransi di Tulangbawang pun merupakan sebuah hal berkelanjutan.
Selain memeriahkan, ikut sertanya Pemuda Katolik dalam pawai ogoh-ogoh juga untuk mengamankan perayaan tersebut agar berjalan sebagaimana mestinya.
“Kami sangat berharap relasi yang bernuansa toleransi ini terus terjalin kedepannya, dan membangun relasi yang semakin hangat,” kata dia.
Sementara Sekretaris Pemuda Katolik Komda Lampung Antonius Mustaim mengatakan, ikut meriahkannya pawai ogoh-ogoh oleh kader Pemuda Katolik adalah bentuk toleransi yang melekat di diri kader.
“Hal ini menjadi bukti adanya toleransi serta kemajemukan dalam kehidupan beragama di masing-masing daerah, di Provinsi Lampung khususnya,” kata dia.
Pemuda Katolik Komda Lampung juga menyambut baik, atas dilibatkannya masyarakat lintas agama untuk turut terlibat dalam gelaran perayaan hari raya keagamaan umat Hindu tersebut.
Pemuda Katolik Komda Lampung berharap, sikap saling toleransi di Provinsi Lampung akan terus melekat di daerah berjuluk “Sai Bumi Ruwa Jurai” itu.*
