Medan – MENANGGAPI peristiwa penyerangan yang melukai tangan Pastor Albert S. Pandingan OFMCap dan teror bom di Gereja Santo Yosep Medan, Sumatera Utara, Minggu, 28/8, Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Pemuda Katolik, Karolin Margret Natasa mengecam keras kejadian tersebut.
Walaupun tidak mengakibatkan adanya korban jiwa dan pelaku terkesan amatiran, peristiwa penyerangan dan teror bom ini menurut anggota DPR RI 2014-2019, Komisi IX, Fraksi PDI Perjuangan ini tidak boleh dianggap sepele. Bagi Karolin, aparat harus mengusut tuntas kasus tersebut supaya dapat diketahui kejelasannya, sebagai aksi tunggal atau bagian dari gerakan kelompok lebih besar yang kemungkinan sedang berkembang di Indonesia. “Termasuk apakah suatu kebetulan atau tidak, hal ini terjadi setelah sebelumnya ada kejadian di Tanjung Balai yang juga telah menodai keberagaman dan toleransi di Indonesia,” ungkapnya kepada HIDUPKATOLIK.com ketika dihubungi melalui email, Minggu, 28/8.
Karolin Margret Natasa
Sumber: [Pemuda Katolik]
Menurut perempuan kelahiran Mempawah, Kalimantan Barat, 12 Maret 1982 ini, aksi penyerangan pastor dan teror bom tersebut bisa jadi diakibatkan oleh budaya intoleransi kehidupan beragama yang menjadi ancaman serius bagi persatuan dan keberlangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Dan supaya tidak terulang kembali, Karolin berharap kasus tersebut disikapi secara serius oleh seluruh pihak sehingga dapat tuntas dan jelas motif pelakunya. “Sehingga ke depan penyerangan dan teror bom jangan terjadi lagi di Indonesia ,” tegas Karolin.
Tanggapan juga datang dari Romo Antonius Benny Susetyo. Menurutnya, peristiwa penyerangan pastor dan teror bom di Medan ini mengingatkan kembali kepada masyarakat akan budaya kekerasan yang merusak keadaban kemanusian dan menghancurkan martabat kehidupan.
Romo Antonius Benny Susetyo
Sumber: [HIDUP/Stanislaus Hendro Budiyanto]
Supaya peristiwa penyerangan dan teror bom ini tidak terjadi lagi, Romo Benny berharap masyarakat bergerak memutus tali kekerasan dengan gerakan cinta kehidupan. “Selain itu, perlu juga diadakan pendidikan literasi media sosial kepada anak muda, agar para anak muda tidak mudah dirasuki paham-paham radikal,” ungkap Romo Benny lewat pesan pendek kepada HIDUPKATOLIK.com, Minggu sore, 28/8.
Menurut Romo Benny, yang tidak kalah penting untuk dilakukan segenap pihak sebagai upaya untuk mengatasi kejadian-kejadian teror ini, yaitu dengan cara memutus tali kekerasan intoleransi dengan menyebarkan paham “agama ke indonesiaan”. “Caranya dengan memperkuat kesadaran hidup berbangsa dan bernegara, juga menjadikan Pancasila sebagai habitus bangsa,” pesannya.