PEMUDAKATOLIK.or.id, Jakarta – Pengembangan kapasitas intelektual kader merupakan kebutuhan primer organisasi untuk menjamin peningkatan kualitas kader dan organisasi. Pada dasarnya, dinamika berorganisasi acapkali menghadirkan suasana-suasana yang sarat dengan emosi. Pemuda Katolik bersama Komunitas Intelektual Strategis (Katalis) Institute menghadirkan diskursus terkait pemikiran stoisisme dalam pengembangan Kader Pemuda Katolik sebagai bagian dari pengayaan kualitas intelektual kader.
Diskusi diselenggarakan pada hari Minggu (03/06/2022) malam secara virtual dengan menghadirkan tiga narasumber yakni Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Pemuda Katolik Joe Sitohang, Koordinator Katalis Eduardo Edwin Ramda, dan Aktivis Filsafat Denpasar, Rovin Bou.
Sekjen Pemuda Katolik Joe Sitohang berpendapat bahwa pada dasarnya Filosofi stoa ini bukan mengajarkan kita untuk positive thinking atau negative thinking, namun mengajak kita untuk realistic thinking. “Buku ini bagus mengajarkan kita untuk menerima dan ikhlas, seperti Yesus yang memberikan teladan yang orientasinya untuk orang banyak bukan untuk diri sendiri. Buku ini bagus untuk didiskusikan di setiap komcab sehingga mampu membuka cakrawala baru dan menjadi momentum untuk mengenali karakter teman-teman”, jelas Joe.
Koordinator Katalis, Eduardo Edwin Ramda, memberikan pandangan lain soal Filosofi Teras. Menurutnya, buku ini harus menggali lebih dalam lagi untuk mengajak orang berpikir realistis dan tidak stop pada kepasrahan semata. “Buku ini belum menggali ajakan untuk berpikir realistis,jika Filosofi Teras ini dibaca tanpa bimbingan pakar, maka pembaca bisa tergiring pada situasi batin kepasrahan yang akhirnya kontraproduktif. Dengan berpikir realistis dan dipadukan dengan dikotomi kendali, maka pengambilan keputusan akan menggiring kita pada hal-hal yang produktif”, kata Edu.
Narasumber lainnya, Rovin Bou menyampaikan bahwa Filosofi Teras merupakan hal yang baik untuk dipelajari oleh kader Pemuda Katolik. Rovin mengatakan bahwa untuk menjadi stoik, yakni mulai membedakan apa yang tergantung padaku dan tidak tergantung padaku kemudian belajar mengutamakan keutamaan dan mengelolah emosi negatif yang datang dari luar diri. “Filosofi Teras ini tidak berbahaya, selama kita mampu menggunakan dikotomi kendali dengan baik”, pungkas Rovin.